Kamis, 02 Juli 2009

Kambing Bang Basir


Bang Basir tetangga Mamat baru saja membeli sepasang kambing. Kambing yang jantan berwarna coklat diberinya nama Samson dan yang betinanya berwarna putih diberinya nama Delilah. Samson dan Delilah rencananya akan dikembang biakkan, biar nanti Bang Basir bisa memiliki peternakan kambing dari sepasang kambing ini.

Hari ini seperti biasanya Bang Basir mencari rumput untuk makanan Samson dan Delilah. Rupanya Bang Basir lupa menutup pintu kandang kambingnya, sehingga Samson dan Delilah dengan mudahnya keluar dari kandangnya.

Kedua kambing itu dengan riangnya mengitari pekarangan rumah Bang Basir dan menghabiskan semua tanaman yang ada disana. Setelah puas menghabisi seluruh tanaman dirumah Bang Basir, Samson dan Delilah mencoba mencari makanan lainnya di rumah tetangga yaitu rumah Mamat.

Kebetulan sekali rumah Mamat dalam keadaan sepi. Babeh sedang ngontrol pabrik kerupuknya di daerah Bojong, Enyak sedang belanja ke warung Mpok Pida, sedangkan Mamat sedang asyik molor alias tidur pules di ranjangnya yang empuk.

Ketika Mamat sedang asyik-asyiknya bermimpi tentang Safina – artis penyanyi keluaran Indonesia Idol yang lagi top banget dibicarakan orang – bersama dirinya sedang asyik bernyanyi dalam satu panggung, tiba-tiba terdengar suara barang-barang berjatuhan. Bunyinya mungkin seperti perang dunia ke empat yang lagi meletus (memangnya udah ada ya perang dunia ke empat?).

PRRAAAANGGGGG... DUUNNGG... DUUNNGG... BBRAAAAKKKK....

Bagi Mamat yang saat itu sedang terlelap tidur, suara-suara ribut itu seperti suara tepukan para penonton dalam mimpinya yang terkagum-kagum akan keindahan suaranya yang berduet dengan Safina. Mulut Mamat komat-kamit seperti sedang mengucapkan sesuatu. Dalam tidurnya dia tersenyum-senyum sendiri. Sepertinya mimpinya kali ini bersama Safina terlalu indah untuk dibuyarkan.

Enyak yang baru saja pulang belanja, agak sedikit kaget melihat pintu rumahnya terbuka dengan lebar.

“Loh, kenape pintu rumah gue ngemplong begitu? Perasaan tadi sebelum pergi udah gue tutup,” ujarnya curiga.

Enyak kemudian masuk kedalam rumah dengan hati-hati sambil menjinjing tas belanjaan. Saat mengetahui keadaan didalam rumahnya yang amburadul dan berantakan, Enyak langsung syok dan tas jinjingnya terjatuh dari tangannya.

“Masya Allah!” pekiknya nyaring.

“Ya Allah, rumah gue kenape nih? Kenape semue pada berantakan begini? Ape ade maling tadi mampir kemari?” Enyak panik sekali.

Enyak mencoba meneliti semua harta bendanya yang ada di rumah tersebut. Ternyata masih lengkap semua, tidak ada satupun barang yang hilang. Dia kemudian mengecek ke dapur. Enyak langsung syok lagi ketika melihat isi dapurnya. Semua makanan yang tadi dia disiapkan untuk makan siang habis tandas tak ada yang tersisa. Satu hal lagi yang paling aneh bagi Enyak, banyak sekali jejak kaki aneh berada diatas meja dapurnya yang tidak begitu tinggi

“HRRRRRGGHHHHHHHH!” Enyak kesal dan senewen. “Kerjaan siape sih nih? Bikin gue marah aje,” gerutunya menahan emosi.

Enyak segera menelusuri rumahnya, mencari-cari si pembuat onar yang telah mengacak-acak rumahnya itu. Tapi dia tidak menemukan biang onar tersebut.

“Kemane die ye? Awas lo ye! Gue bakalan kasih bogem mentah entar kalau ketemu,” ancamnya marah. Enyak kemudian celingukan mencari si biang onar yang bikin rumahnya berantakan.

Tiba-tiba Enyak teringat anak satu-satunya si Mamat. Enyak khawatir kalau sesuatu terjadi pada Mamat.

Enyak segera menuju kamar Mamat sambil memanggil-manggil namanya, “Mamat... Mamat....”

Ketika sampai di kamar Mamat, mata Enyak terpana melihat pemandangan di kamar tersebut.

Mamat yang benar-benar kebluk tidak mendengar panggilan Enyaknya tersayang. Mamat masih bermimpi bersama Safina. Dalam mimpinya Safina membelai-belai pipinya dengan lembut dan mengendus-endusnya menciumi bau si Mamat. Sebenarnya Mamat agak sedikit bingung juga, kok si Safina doyan ngendus-ngendus kaya kambing.

“Safina, lo jangan ngendus-ngendus gue kaya begini dong! Malu kan dilihat para penonton,” ujar Mamat malu-malu.

“Mmmbbbeeeeeeee....” Suara yang aneh keluar dari mulut Safina.

“Oh, gue ngerti kok kalo elo emang seneng ngendus-ngendus begitu. Gak ape-ape deh. Gue juga mau diendus-endus ama elo.”

“Mmmmmbbbbeeeeeeeee....” Suara Safina semakin nyaring.

“Iye gue tahu, wangi tubuh gue bikin elo seneng kan? Sengaja gue mandi kembang tujuh rupa buat elo. Gue kan malu ketemu ama elo kalo kagak mandi dulu, ntar elo ngira bau gue sama kayak kambing Bang Basir.” Saat itu Mamat mencoba merangkul Safina.

Tiba-tiba Safina dalam mimpinya berubah menjadi marah. “MMMMBBBBBEEEEEEEEKKKKKKK....”

Kini Mamat mulai agak heran. “Safina, suara elo kenape jadi berubah begini? Masa gara-gara gue ngomongin kambingnya Bang Basir, elo jadi ikut-ikutan bersuara kayak kambing begitu. Safina... Safina... elo gak boleh pergi. Temenin gue disini ye?” pinta Mamat sambil terus mempererat rangkulannya pada Safina.

Safina semakin memberontak dan menghentak-hentakkan kakinya seakan hendak menerjang Mamat.

Mamat kebingungan melihat tingkah Safina. “Safina jangan galak-galak begitu dong! Ini kan gue Mamat yang tadi nyanyi bareng elo....”

Tanpa di duga-duga seekor kambing jantan menyeruduk Mamat. Mamat jatuh terjungkal dan Safina terlepas dari pegangannya.

“Aduhhhhhh.... kenape gue diseruduk? Siape yang nyeruduk gue ye?” Mamat yang langsung terbangun dari tidurnya berusaha memicingkan matanya mencari penyebab kenapa dia terjungkal dari tempat tidur.

Matanya langsung beradu pandang dengan Samson, kambing jantan milik Bang Basir yang sedang berdiri di hadapannya. Samson nampak marah karena tadi melihat Delilah meronta-ronta dalam pelukan si Mamat. Rupanya Samson cemburu pada Mamat. Kambing kok bisa cemburu ya?

Melihat mata Samson yang jalang, Mamat ketakutan dan langsung ngibrit dari kamarnya mencari tempat yang aman sambil berteriak memanggil nama Enyaknya.

“NNNYYYAAAAAKKKKKKK... tulungin Mamat NYYAAAKKK....”

Samson terus mengejar Mamat sampai kemana pun.

Enyak yang sejak tadi melihat tingkah Mamat bersama dua ekor kambing di dalam kamarnya tertawa ngakak sampai terkencing-kencing.

“Rasain tuh! Gak kira-kira sih kalau tidur. Kebluk banget. Ada kambing masuk rumah aja kagak bangun-bangun. Begimane kalo rampok yang dateng? Bisa abis deh! Ha... ha... ha... Aduh... aduh... yaaaa beser deh! Ha... ha... ha....”

Jatibening, 15 Juni 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar