Senin, 06 Desember 2010

BAGIANKU MANA?






BAGIANKU MANA?




Agung sedang kesal karena malam minggunya kelabu. Lalu kini dia berjalan sendirian di gang yang sepi. Menurut warga, gang ini ada penunggunya. Badannya hitam, besar, berbulu dan juga bertaring.

“Ah, bete! Duit kosong, pacar pergi. Terus sekarang gue terpaksa lewat gang angker. Apes bener! Hiii….” Agung bergidik ketakutan.

Lalu tanpa diduga-duga, perhatiannya tertuju pada sebuah dompet yang tergeletak di depannya

“Cihuy! Nemu dompet, nih?”

Agung segera mengambil dompet tersebut dan mencoba mengintipnya.

“Wuih, uangnya bisa buat dugem, nih!”

“Uangnya banyak ya, Mas!”

“Iya!”

“Boleh minta bagianku, Mas?”

“Haa, Siapa elo? Enak saja minta-minta bagian.”

“Jelas ada,” kata sebuah suara serak yang sedang berdiri di belakang Agung.

Dan sosok hitam besar berbulu serta bertaring itu kini tengah berdiri di belakang Agung seraya menadahkan telapak tangannya.


DOKTER GIGIKU DAN OBAMA

“Kak, hari ini aku akan ke Puskesmas,” kata Dita seraya mengambil tas tangannya.

“Kamu sakit?”

“Enggak! Aku hanya akan menambal gigiku yang bolong. Sejak semalam mulai terasa ngilu. Daripada gigiku semakin sakit, lebih baik segera saja ditambal.”

Sejam kemudian Dita pulang dari Puskesmas dengan tampangnya yang kusut.

“Aku kesal!” gerutunya sambil melempar tas tangannya ke arah sofa.

“Loh, pulang-pulang kok langsung manyun? Kesal sama siapa?”

“Sama Obama!”

“Kok bisa?”

“Gimana aku enggak kesal? Aku sudah menunggu Dokter Gigi di sana selama lebih dari setengah jam. Eh, ternyata Dokter Giginya enggak bisa datang.”

“Lalu hubungannya dengan Obama?”

“Ya, itu dia! Rumah Dokter Giginya ada di daerah Halim. Daerah itu terpaksa ditutup karena Obama akan datang ke Jakarta hari ini. Jadi Dokternya enggak bisa lewat, Kak!”

PERTAMAX DAN GEROBAK

“Bu, bu! Ada berita baru di koran!”

“Berita apa?”

“Menurut berita, kendaraan beroda empat sekarang diharuskan memakai bensin Pertamax.”

“Lalu kenapa? Memangnya berita itu berpengaruh juga pada kita?”

“Ya iyalah, Bu! Wong, bensin Pertamax itu harganya lebih mahal dari Premium. Bayangkan berapa rupiah yang harus kita keluarkan untuk membeli bahan bakar tersebut perharinya? Kocek kita tidak akan sanggup untuk membelinya, Bu.”

“Buat Ibu, bensin yang harganya mahal itu tidak jadi masalah, Pak. Yang jadi masalah itu…, buat apa kita membeli bensin Pertamax? Kita ini tidak punya kendaraan roda empat. Lagipula selama ini Bapak kemana-mana juga hanya memakai gerobak.”

“Loh? Gerobak itu juga kendaraan beroda empat, Bu?”

“Iya, tetapi mana ada gerobak sampah yang memakai Pertamax? Kalau berkhayal mbok ya jangan kebangetan toh, Pak!”