Jumat, 29 Januari 2010

AYO MANDI




“Dodi! Ayo mandi nak?” bujuk Ibu.
“Dodi tidak mau mandi. Dodi malas mandi!” seru Dodi.
“Dodi, kalau kamu tidak mandi, seluruh badan kamu bisa gatal-gatal, nak.”
Ibu masih terus membujuk Dodi agar dia mau mandi. Tapi Dodi bersikeras tetap tidak mau mandi.
“Dodi. Kamu ingat kata-kata Ibu Guru di sekolah?” tanya Ibu kemudian.
“Yang mana, Bu?” Dodi balik bertanya.
“Jika kita tidak rajin mandi maka di tubuh kita akan menempel berbagai kuman penyakit. Apa Dodi mau jika kuman-kuman itu menempel di tubuh Dodi?”
“Tidak, Bu,” jawab Dodi segera.
“Oleh karena itu Dodi harus rajin mandi setiap pagi dan sore. Agar tubuh Dodi tetap bersih dari kuman dan juga tubuh Dodi menjadi sehat,” nasehat Ibu.
“Ooh begitu, ya Bu?” Dodi mulai mengerti maksud Ibu.
“Iya. Nah, kalau begitu sekarang Dodi mandi, ya? Kalau Dodi sudah mandi, Dodi boleh main lagi,” kata Ibu lembut.
Dodi menurut dan dia segera pergi ke kamar mandi untuk mandi. Setelah selesai mandi dan berpakaian, Dodi pergi bermain lagi ke rumah Banu.
“Wah, kamu sudah mandi, Dod? Badanmu wangi sekali?” puji Banu pada Dodi.
“Iya dong. Selain wangi, aku juga jadi sehat,” sahut Dodi.
“Hah? Sehat? “ tanya Banu.
“Kalau kamu rajin mandi, tubuh kamu jadi sehat. Kuman penyakit tidak mau nempel. Itu kata Ibuku.”
“Tapi aku jarang sekali mandi. Hih! Airnya dingin.” Banu bergidik seperti sedang kedinginan. “Aku tidak suka air yang dingin. Aku juga tidak suka mandi,” lanjut Banu.
“Wah, tubuh kamu nanti bisa gatal-gatal loh, Ban,” sahut Dodi.
“Tapi aku enggak pernah gatal-gatal tuh. Nih, lihat?” Banu membuka kaosnya dan menunjukkan tubuhnya serta kedua tangan dan kakinya.
“Tapi tubuhmu bau sekali, Banu. Tuh, kuku jari tangan serta kakimu juga hitam. Banyak sekali kotoran di sana.” Dodi mengernyitkan hidungnya.
“Ah, itu sih sudah biasa, Dod.” timpal Banu.
Esok harinya, Dodi bermain lagi ke rumah Banu. Tapi ternyata Banu sedang sakit.
“Tante, Banu sakit apa?” tanya Dodi pada Tante Diah, Ibunya Banu.
“Dari tadi pagi Banu buang-buang air terus. Menurut Banu perutnya terasa mulas sekali dan tubuhnya terasa gatal-gatal,” ujar Tante Diah.
“Ooh. Sekarang Banu dimana Tante?”
“Ada di kamarnya. Coba saja kamu tengok ke dalam ya?”
Dodi mengangguk. Dodi lalu menemui Banu di kamarnya.
“Loh, Banu? Kamu sakit, ya?” tanya Dodi khawatir saat melihat keadaan Banu.
“Iya, Dod. Perutku mulas sekali. Dari tadi pagi aku terus-terusan buang air besar,” ujar Banu lemah.
“Kenapa bisa begitu?” tanya Dodi keheranan.
“Menurut Dokter yang memeriksaku tadi, di dalam perutku ada kumannya. Kuman itu datangnya dari tanganku ini. Tanganku kotor. Setiap kali aku akan makan aku tidak pernah membersihkannya dulu. Karena itu kuman-kumannya masuk ke dalam perutku.”
“Tapi kenapa tubuhmu juga memerah begitu?” tanya Dodi ketika melihat tubuh Banu yang memerah.
“Tubuhku juga terasa gatal-gatal, Dod. Sejak kemarin tubuhku mulai terasa gatal dan aku jadi sering menggaruk-garuknya. Akhirnya badanku jadi memerah begini. Menurut Dokter aku kena penyakit kulit. Ini juga akibat aku tidak rajin membersihkan tubuhku. Dokter menasehatiku agar aku harus rajin mandi dan membersihkan diri supaya tubuhku tetap sehat.”
“Wah, ternyata perkataan Ibu dan Dokter juga sama ya? Kalau tubuh kamu mau sehat harus rajin mandi. Untung aku menuruti perintah Ibu. Kalau tidak, mungkin aku akan sakit juga seperti kamu, Banu.”
“Mulai besok, aku juga akan rajin mandi seperti kata Dokter, Dod. Biar tubuhku tetap sehat dan kuat. Lalu kita bisa bermain bersama-sama lagi seperti biasa,” janji Banu.
“Nah, begitu dong! Selain sehat, tubuh Banu juga menjadi wangi seperti aku. Betulkan?” Dodi tertawa.
“Betul.” Banu setuju dan dia juga ikut tertawa.
“Karena itu kita harus rajin mandi agar semua kuman tidak mau menempel lagi. Ayo mandi!” seru Dodi penuh semangat.
“Ya. Ayo mandi!” seru Banu pula.
Mereka berdua pun tertawa bersama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar