Kamis, 02 Juli 2009

Mimi dan Wawa


Di sebuah rumah yang indah, tinggallah dua ekor anak kucing yang bernama Mimi dan Wawa. Mereka sangat dimanjakan oleh pemilik rumah, Ibu Dini. Segala kebutuhan mereka selalu dipenuhi oleh tuannya. Mereka selalu diberi makan makanan yang bergizi. Tuannya juga sering membawa Mimi dan Wawa ke salon hewan, sehingga tubuh mereka selalu terlihat bersih dan rapih. Mimi dan Wawa juga tidak lupa diberi pakaian dan perhiasan yang indah-indah. Mereka jadi terlihat cantik sekali. Mimi dan Wawa menjadi sangat senang tinggal dirumah tersebut.

Suatu hari, pemilik rumah pergi ke luar kota untuk beberapa hari. Mimi dan Wawa dititipkan ke sebuah rumah penitipan hewan. Pemilik rumah hewan itu sangatlah baik dan ramah. Ibu Dini nampaknya cukup tergesa-gesa meninggalkan mereka. Akibatnya beberapa barang untuk bekal Mimi dan Wawa tidak semuanya terbawa.

Di rumah hewan tersebut, Mimi dan Wawa berkenalan dengan beberapa ekor hewan lainnya, seperti Gogi si anjing chihuahua, Smiley si kucing persia, Igu si Iguana kecil, dan Bebe si burung beo. Kawan baru Mimi dan Wawa tampaknya cukup menyenangkan.

Mimi dan Wawa rupanya terbiasa hidup dimanjakan oleh tuannya, sehingga mereka menjadi kucing yang sombong. Kawan-kawan baru mereka di rumah penitipan hewan sangat tidak menyukai tingkah Mimi dan Wawa yang sombong.

Mimi dan Wawa lebih suka bermain berdua saja. Jika mereka mempunyai makanan yang enak, kawan-kawannya tidak pernah mereka beri. Jika mereka mempunyai mainan yang bagus, kawan-kawannya juga tidak pernah mereka pinjami. Mimi dan Wawa senang memamerkan semua barang yang mereka miliki dan menganggap kawan-kawannya hanyalah kelompok hewan yang tidak punya apa-apa.

“Kami memiliki pakaian yang indah-indah dan perhiasan yang terbuat dari berlian. Sudah pasti kalian tidak memiliki barang-barang seperti kami,” ujar Mimi pada kawan-kawan barunya dengan bangga.

“Ya, dirumah kami juga terdapat tempat bermain yang luas sekali, sehingga kami bisa bermain dengan sepuasnya,” tambah Wawa dengan pongah.

“Makanan kami tidak sembarangan. Semuanya di beli dari luar negeri. Begitu pula susu untuk kami. Semuanya dibeli khusus untuk kami dari toko hewan yang terkenal di sana. Tidak seperti disini. Semuanya serba murah dan jelek kualitasnya.” Mimi menjilati tangannya dan mematut dirinya di cermin yang terdapat di rumah hewan tersebut.

“Kami tidak suka dengan makanan lokal karena rasanya menjijikkan. Hueekkk....” Wawa bertingkah seakan hendak memuntahkan makanan.

Walaupun mereka bertingkah sangatlah sombong, Gogi, Smiley, Igu dan Bebe masih mau mengajak mereka bermain bola bersama. Tapi jawaban mereka sungguh menyedihkan.

“Kami tidak suka bermain dengan mainan produksi lokal. Semuanya berkualitas jelek. Sekali pakai langsung rusak. Huh, sungguh tidak menarik.” Mimi mencibir.

Gogi, Smiley, Igu dan Bebe hanya menatap mereka dengan pandangan tak suka. Mereka menganggap Mimi dan Wawa sangat konyol dan sombong. Tadinya mereka berharap Mimi dan Wawa mau bergabung dengan mereka dan bermain bola bersama. Tapi kini mereka menjadi ragu. Sepertinya Mimi dan Wawa tidak akan mau bermain bersama mereka.

“Hmm... kupikir tadi kalian akan ikut bermain bola bersama kami. Jika kalian tidak suka, kami juga mengerti,” kata Smiley yang berusaha tetap bersikap ramah pada mereka.

Mimi dan Wawa kemudian pergi dari hadapan mereka dengan dagu terangkat dan berjalan dengan pongahnya.

“Huh, aku tidak suka dengan tingkah mereka. Mereka sungguh membuatku menjadi sebal dan muak,’ gerutu Bebe si beo.

“Betul, seharusnya kita tadi tidak usah mengajaknya bermain jika jawabannya sungguh tidak mengenakkan,” seru Igu si iguana.

Gogi berdehem. “Walaupun mereka sombong, tapi kita tetap tidak boleh membenci mereka kawan-kawan. Jika kita membenci mereka, berarti tingkah kita sama saja dengan mereka.”

Igu dan Bebe tampaknya kurang setuju dengan kata-kata Gogi. Mereka merengut kesal.

Smiley memandang kawan-kawannya dengan sedih. “Sudah. Sekarang kita jangan membicarakan mereka lagi. Lebih baik sekarang kita bermain bola bersama seperti tujuan awal kita tadi. Ayo, kawan-kawan.” Smiley memberi semangat kepada ketiga kawannya.

Smiley bersama ketiga kawannya bermain bola dengan riangnya di halaman belakang. Mimi dan Wawa hanya bisa menatap mereka dengan pandangan iri sementara mereka hanya bisa duduk bertopang dagu di bantal yang empuk.

“Huh, seandainya tuan kita tidak melupakan mainan kita di rumah. Tentu sekarang kita bisa bermain seperti mereka dengan riangnya,” gerutu Wawa.

“Lupakan mainan. Kita masih memiliki makanan dan pakaian serta perhiasan yang indah-indah,” balas Mimi malas-malasan.

Wawa mendesah lesu. “Tapi rasanya tidak enak jika seharian ini aku tidak dapat bermain.”

Keesokan harinya, pemilik rumah penitipan hewan menyediakan makanan untuk para hewan di tempat itu. Mimi dan Wawa mendapatkan jatah makanan khusus mereka yang berbeda dari hewan-hewan lainnya dan mereka duduk disudut agak menjauh dari hewan-hewan lainnya.

Saat itu semua hewan memakan makanan mereka dengan lahapnya. Mereka kadang saling berbagi makanan, kadang tertawa dan bercanda dengan riangnya. Sungguh pemandangan yang sangat menyenangkan.

Mimi memperhatikan semua kejadian tersebut, dan tertegun sejenak. Tiba-tiba semuanya yang dirasanya menjadi terasa hambar.

“Hmm... kenapa makanan ini rasanya tidak enak ya?” Mimi bertanya pada Wawa setengah berbisik. Dia tidak mau hal ini diketahui oleh hewan lain.

“Tidak. Rasanya sama seperti biasanya. Tapi aku juga merasa ada yang aneh saat memakannya. Seperti kurang berselera,” jawab Wawa sambil menjulurkan lidahnya yang mulai terasa tawar.

“Kau lihat mereka?” tanya Mimi sekali lagi seraya menunjuk Gogi dan yang lainnya. “Mereka tampak sangat menikmati makanan mereka yang menjijikkan dan murahan itu. Apakah makanan itu sungguh enak dimakan?” Mimi menatap mereka penasaran.

“Sepertinya begitu. Kenapa tidak kita coba saja makanan mereka.” Wawa menawarkan sebuah permintaan yang mustahil.

“Tidak. Aku tidak mau. Makanan itu menjijikan sekali.”

“Tapi dari baunya sangat mengiurkan hidungku.”

“Mengapa tidak kau coba saja sendiri?” sindir Mimi.

Tanpa disuruh Mimi pun Wawa sudah melarikan diri menuju tempat Gogi dan kawan-kawannya. Tampaknya Gogi menerima kedatangan Wawa dengan suka cita dan mengajaknya makan bersama mereka. Sekali lagi mereka bersenda gurau bersama, tentunya kali ini Wawa ikut tertawa bersama mereka.

Mimi semakin jengkel pada Wawa karena telah meninggalkannya sendiri di sudut dengan makanan yang tidak enak. Sedangkan Wawa asyik tertawa bersama dengan yang lain.

Wawa semakin akrab dengan kawan barunya, sedangkan Mimi semakin menyendiri dan sibuk dengan dirinya sendiri. Mimi mencoba mengingatkan Wawa agar tidak bergabung dengan hewan lain. Tapi Wawa tidak perduli.

“Mereka kawan yang baik, Mimi! Mereka sangat menyenangkan. Ku harap kau mau bergabung dengan kami,” kata Wawa saat Mimi menegurnya.

Tentu saja Mimi menolaknya dengan tegas. Baginya mereka hanyalah hewan yang kotor dan kasar.

Mimi beranjak dari bantal tidurnya yang empuk. Dia merasa bosan dengan suasana di kandangnya. Mimi berjalan menyusuri ruang demi ruang dan sampai di teras belakang.

Rupanya cuaca hari ini sedang tidak bersahabat. Hujan turun dengan derasnya. Mimi menatap titik-titik hujan yang turun dari langit. Dingin. Tubuhnya ingin sekali bergerak untuk mengusir rasa dingin ini.

Tiba-tiba matanya melihat bola milik Smiley di dekat pintu belakang. Sudah lama Mimi tidak bermain dengan bola. Mimi jadi terpancing untuk menyentuhnya. Disengolnya bola tersebut dengan pelan. Bola menggelinding perlahan. Disenggolnya kembali bola itu sedikit lebih kencang. Bola meluncur dengan cepat mengitari pot bunga. Rupanya bermain bola cukup menyenangkan. Mimi menjadi lupa diri dan asyik bermain bola sendiri.

Tanpa disangka-sangka, kaki Mimi malah menginjak bola itu. Mimi kehilangan kesimbangan. Lantai teras yang licin karena terkena cipratan hujan membuatnya terpeleset jatuh dan semakin tergelincir menuju selokan yang terdapat di samping rumah. Mimi sangat ketakutan dan tubuhnya terasa sakit. Dia berteriak-teriak meminta tolong.

Smiley yang kebetulan lewat dan melihat kejadian tersebut mencoba menolongnya naik kembali ke teras. Tapi lantai yang licin membuat usahanya sia-sia. Dia kemudian memanggil teman-temannya yang lain untuk membantunya menolong Mimi. Berkat bantuan Smiley dan kawan-kawan, Mimi dapat tertolong.

Tubuh Mimi dipenuhi lumpur dan sangat kotor. Mimi malu dengan dirinya yang kotor dan dia lebih malu lagi karena telah ditolong oleh Smiley dan kawan-kawannya.

“Terima kasih semuanya. Aku sangat malu sekali karena telah ceroboh dan membuat kalian susah payah menolongku keluar dari sana,” ujarnya malu sambil menundukkan kepalanya.

Smiley tersenyum ramah. “Tidak usah sungkan. Kami semua disini bersahabat. Jika sahabat kami menemui kesulitan, maka kami akan berusaha membantunya.”

Wawa memeluk Mimi dengan erat. “Untung kami segera mengetahui apa yang terjadi denganmu. Jika tidak, mungkin kau akan duduk berjam-jam di selokan itu dengan lumpur dan hujan disekelilingmu tanpa ada yang mengetahui apa yang telah terjadi padamu.”

Mimi terharu dan menangis. “Maafkan aku....”

Wawa memeluknya lagi dengan erat. Smiley, Gogi, Igu dan Bebe kemudian memeluk Mimi pula. Semuanya terasa menjadi hangat untuk Mimi

Sejak kejadian itu Mimi mencoba menghilangkan sifat buruknya dan bersahabat dengan semua hewan. Mimi sekarang mau berbagi dan mau bermain bersama. Dia tidak lagi memamerkan semua barang miliknya. Semua hewan diijinkannya untuk memakai barang miliknya termasuk memakan makanan khusus miliknya. Mimi kini juga mau memakan makanan biasa yang murah dan yang katanya menjijikan itu. Padahal rasanya sungguh lezat dan bergizi pula.

Mimi kini berubah. Mimi tidak lagi sombong dan angkuh. Ternyata bersikap sombong tidaklah bagus. Justru dia menjadi dingin dan merasa kesepian. Mempunyai sahabat yang bisa diandalkan, yang bisa berbagi, yang bisa menghiburnya dikala susah, yang bisa mengingatkannya dikala dia salah ternyata sungguh membuatnya bahagia.

Mimi berkata dalam hati dengan tersenyum bahagia. “Persahabatan itu sungguh indah dan menyenangkan, ya?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar