Selasa, 20 Juli 2010

RESENSI NOVEL RINDU by Sefryana Khairil


Category:Books
Genre: Romance
Author:Sefryana Khairil Bariah
Sesuatu yang telah pergi terkadang membuat hidup sesorang menjadi hampa. Dunia pun serasa runtuh dan meninggalkan kita dalam kesendirian dan kesunyian. Termasuk tokoh Zahra dalam buku ini. Sahra yang telah kehilangan Daffa, putra pertamanya dalam sebuah kecelakaan merasa enggan menatap masa depannya dan selalu bergelut dan tenggelam dengan masa lalunya yang bahagia bersama Daffa. Rasa bersalahnya atas kematian Daffa membuatnya semakin terpuruk dalam jurang kepedihan.

Sementara itu suaminya, Krisna sebenarnya juga keadaannya tidak jauh berbeda dengan keadaan Zahra. Tapi karena Krisna sebagai kepala keluarga, dia harus lebih kuat dari Zahra dalam menghadapi kemelut ini. Sebisa mungkin dia justru harus membantu Zahra untuk bangkit dari kepedihannya yang berlarut-larut atas kehilangan Daffa dan mulai menghilangkan bayang-bayang Daffa dari pikirannya.

Tapi kenyataannya, perasaan Krisna tidak sekuat yang dia duga. Sebenarnya dia pun ingin diperhatikan lagi oleh Zahra. Dia ingin Zahra kembali ceria seperti dulu dan menjadi istrinya yang hangat dan mampu membuat hidupnya menjadi lebih baik. Semuanya diutarakan pada Zahra, tapi Zahra justru salah paham mengartikan keinginannya. Hal ini justru malah memperkeruh suasana rumah tangga mereka.

Ditambah lagi dengan kedatangan Ibu Krisna dan Ana kakaknya Krisna. Semula Ibu banyak menuntut dari Zahra dan Zahra merasa Ibu mertuanya ini tidak menyukainya. Sedangkan Ana, iparnya selalu mencoba menghiburnya dan membesarkan hatinya agar tidak merasa kesal akan ulah Ibu mertuanya. Zahra pun mencoba mengerti hal ini.

Sementara itu Krisna semakin menyalahkan sikap Zahra yang tidak pernah mau mengerti keadaannya. Krisna semakin sibuk dengan kegiatannya di kantor. Dia pun enggan menjawab telepon Zahra yang sangat mengkhawatirkan keadaannya.Krisna Zahra semakin tidak mengerti keinginan suaminya ini. Dia juga merasa bingung, mengapa Krisna selalu menyalahkannya. Zahra berusaha mencari tahu jawabannya, tapi dia tidak pernah menemukannya. Dan Krisna pun mulai mengambil keputusan yang aneh. Dia menginginkan sebuah perpisahan.

Sebuah perpisahan mungkin dianggapnya sebagai sebuah jalan terbaik untuk kebahagian mereka berdua. Tapi melakukan sebuah perpisahan juga bukanlah hal yang mudah. Kenyataannya, setelah mereka berpisah justru malah semakin menambah masalah. Mengalami sebuah perpisahan justru membuat Krisna dan Zahra semakin menderita. Karena sebenarnya mereka masih saling membutuhkan dan masih saling mencintai.

Memang, bila kita kehilangan seseorang yang amat kita sayangi terutama buah hati kita, sudah pasti sebagai seorang Ibu akan merasa sangat kehilangan. Apalagi selama ini dia telah mengandungnya selama 9 bulan, dan mengasuhnya hingga tumbuh menjadi anak yang lucu dan cerdas. Hati Ibu mana yang tidak akan menjerit bila buah hatinya terenggut dari tangannya, begitu pula yang dialami oleh Zahra. Namun kesedihan yang di derita ini hendaknya tidak perlu berlarut-larut, karena masih ada seseorang lagi yang merasa ingin diperhatikan dan ingin memperhatikan, yaitu sang suami. Suami pun pasti akan turut merasakan kehilangan akan putra kesayangan mereka walau dia tidak pernah mengandung anaknya. Namun jiwa seorang Ayah yang bertanggung jawab atas tumbuh kembang anaknya inilah yang membuatnya merasa sayang dan merasa kehilangan pula.

Sampai di sini Sefryana benar-benar telah menguras habis airmataku dalam membaca lembar-demi lembar buku ini. Sebenarnya aku enggak sanggup untuk meneruskan membuka lembaran berikutnya buku ini. Aku enggak sanggup melihat kepedihan yang terlalu dalam dan luka hati yang ada dalam cerita ini, tapi Sefryana ternyata mampu membuatku penasaran pula dengan kelanjutan isi cerita ini. Aku walaupun takut tapi mencoba memberanikan diri lagi untuk membuka lembaran-lembaran selanjutnya dari buku ini udan mencoba mencari tahu bagaimana Sefryana mampu menyelesaikan kemelut rumah tangga Krisna dan Zahra yang.

Walau masih bercucuran air mata sepanjang ratusan lembar halaman buku ini, tapi aku justru menemukan sebuah kenyataan dalam buku ini. Ternyata dalam sebuah rumah tangga memang diperlukan sebuah keterbukaan dan kejujuran agar salah paham tidak terjadi. Lalu rasa cinta dan rasa saling memiliki justru memang diperlukan dalam membina sebuah rumah tangga dan inilah yang membuat sebuah rumah tangga menjadi kuat dan mampu menghalau segala badai yang datang menerpa rumah tangga Zahra dan Krisna.

Jika saja aku mengalami hal yang pernah dialami oleh Zahra, kurasa aku tidak akan bisa sekuat dirinya dalam menahan derita kehilangan seorang putra yang sangat disayangi. Dan sosok Krisna sebagai seorang suami yang berusaha setegar Gajah Mada memang patut di acungi jempol. Namun setegar-tegarnya seorang laki-laki dalam menghadapi sebuah masalah, lam-lama pun dia akan merasa lelah juga. Aku juga tidak bisa menyalahkan perasaan Zahra maupun Krisna. Karena walau bagaimanapun setiap manusia memiliki sebuah kelemahan dan tidak ada yang sempurna. Tapi mereka sebagai suami istri mampu menghadapi kemelut yang mereka hadapi dengan berlandaskan cinta yang mereka miliki serta sebuah keterbukaan.

Walaupun membaca buku Rindu ini membuatku mewek hingga akhir cerita, tapi aku salut pada Sefryana yang mampu membuat cerita ini mengalir alami seperti air dan mampu menggugah pembacanya seakan turut menjadi bagian dari cerita ini dan menyelesaikan cerita ini dengan ending yang mengharu biru. Sukses untuk Sefryana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar